Kala Senja di Mangunan

           Kebuh Buah Mangunan, begitu biasa disebut merupakan tempat wisata yang dikembangkan dengan konsep agrowisata. kebun buah mangunan terletak di Desa Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul. Akhir maret tahu 2012 lalu, saya dan tiga orang teman saya menyempatkan diri untuk datang ke Mangunan mumpung cuaca Jogja sedang cerah. Kami berangkat ber-empat dengan menggunakan motor, sekitar pukul 15.00 WIB dari daerah UGM. Jalan Imogiri Timur (Terminal Giwangan) merupakan tempat yang kami tuju, dari Jalan Imogiri Timur ini kita tinggal bergerak kearah selatan, ke arah makam Imogiri.  Sampai pertigaan yang ada pohon besar (ada plang penunjuk arah), kita ikuti petunjuk arah ke Kebun Buah Mangunan yaitu belok kiri lalu tinggal ikuti papan petunjuk arahnya dan sampailah kita di mangunan. Jika sedang musim buah kita dapat memetik buah langsung dari pohonnya, dan dikenakan biaya untuk fasilitas itu, tapi saya tidak tahu berapanya. Untuk masuk kewilayah kebun buah ini, ditarik retribusi sebesar Rp.5000 untuk tiap kepala. Fasilitas yang ditawarkan Kebun Buah Mangunan cukup lengkap, diantaranya aula, toilet, mushola. Selain itu disediakan juga area camping bagi yang ingin berkemah disini. Terdapat juga kolam ikan dan area peternakan.
          Karena saya dan teman-teman berniat untuk berburu senja, maka kami langsung menuju gardu pandang dan tidak menikmati fasilitas lain yang ditawarkan Kebun Buah Mangunan. Dari atas gardu pandang itu, kami bisa menikmati hamparan sewu gunung dan aliran sungai Oyo yang meliuk-liuk. Selain itu jika kita menengok ke kanan kita dapat melihat laut (walopun cuma segaris, tapi kita tau kalo itu laut selatan) dan bila kita menengok ke kiri kita dapat melihat hamparan perbukitan sewu gunung. Intinya sunrise dan senja dapat kita nikmati dari gardu pandang ujung tebing Mangunan. Langit Jogja sore itu cukup bersih bahkan terlalu bersih sehingga tidak ada awan yang menghiasi langit. Namun kami cukup menikmati suasana kala sore di gardu pandang Mangunan.


Inilah pemandangan yang saya lihat ketika saya sedang menuruni tangga untuk mendekati tebing. HWWWWWAAAAAAAAAAAAAAAAA. Teriak-teriak di sini ternyata cukup melegakan. :)


Ini ni, aliran sungai Oyo yang saya bilang tadi. Dari ujung tebing saya bisa melihat aliran sungai Oyo yang saat itu airnya cukup jernih, tidak coklat dan cenderung ijo tosca, bagus banget. Bila di amati dengan cermat kita dapat melihat jembatan kuning, jembatan yang menghubungkan dua desa yang di pisahkan oleh sungai Oyo. Saya menyebutnya jembatan kuning, karena memang merupakan jembatan ini berwarna kuning. Kalo ga salah, jembatan ini pernah buat syuting film dan iklan. Anak laki-laki berlari di atas jembatan gantung kuning sambil berusaha menerbangkan layang-layang, itu cuplikan iklan yang saya lupa itu iklan apa. Dari atas sini kita juga bisa melihat beberapa rumah yang terlihat terpencil, karena medan di sana yang berbukit-bukit. 


Akhirnya senja yang kami tunggu pun datang. Senja dari sela-sela pagar ujung tebing. Sayangnya perbuatan vandalism dari orang-orang bodoh sedikit mengurangi kenyamanan.


Matahari yang katamu pura-pura tenggelam.


Hhmmm. Sungguh lukisan Tuhan yang hanya mampu di abadikan oleh bidikan lensa kamera. 


.Gugur.

           Karena matahari sudah tenggelam dan malam beranjak turun maka kami memutuskan untuk pulang. Suasana jalan cukup seram, karena sepi dan minimnya lampu penerangan jalan selain itu jalanannya yang naik turun cukup menyita konsentarasi saya yang saat itu menyetir. Saat perjalanan pulang saya cukup terkejut, karena ada bintang di langit dan bintang di darat sementara langit di ujung sana berwarna orange. Kerenn banget. Bintang di langit malam itu cukup banyak dan jelas sehingga sangat bisa di nikmati. Sementara bintang di darat adalah lampu-lampu yang mulai menyala kala malam menjemput. Saking bagusnya bintang di langit dan di darat sampai-sampai pengen berhenti tapi itu ga jadi, karena memperhitungkan faktor keamanan. Menurut saya bintang di darat dan bintang di langit dalam perjalanan pulang malam itu lebih bagus dari pada di bukit bintang Wonosari. Hmmmm perjalanan berburu senja sore itu cukup menyenangkan dan saya tidak menyesalinya. Cobalah.

Komentar